Skip to main content
Apakah Anda sudah siap untuk melakukan riset? Sebelum itu, ketahuilah terlebih dahulu tujuh elemen pada perencanaan UX Research. Ketujuh elemen tersebut antara lain: dos:1c358f8d5d149c8b19f9cf71e137695120211011165150.jpeg
  1. Latar belakang
  2. Tujuan
  3. Pertanyaan Riset
  4. KPI (Key Performance Indicator)
  5. Metodologi
  6. Partisipan
  7. Skrip
Supaya Anda lebih memahami setiap elemen tersebut, simak penjelasannya satu per satu di bawah ini:

Latar Belakang

Latar belakang menceritakan alasan Anda melakukan riset. Adanya latar belakang ini dapat membantu Anda untuk menyamakan persepsi dengan anggota tim sejak awal. Tidak perlu terlalu panjang, cukup tulisan dalam beberapa kalimat yang padat dan jelas. Contoh penulisannya seperti di bawah ini: “Kita membuat sebuah aplikasi untuk memesan kopi. Kita ingin mengetahui apakah aplikasi sudah memudahkan pengguna dalam memesan kopi, mulai dari memilih menu, membuat kustomisasi, sampai melakukan checkout untuk menyelesaikan pemesanan.”

Tujuan 

Merupakan hasil yang ingin diketahui dari riset sekaligus mengetahui apakah riset berhasil atau tidak. Berikut ini adalah contohnya: “Mengetahui seberapa mudah fitur kustomisasi dalam memesan kopi.”

Pertanyaan Riset

Di bagian ini, Anda menuliskan pertanyaan-pertanyaan penting yang ingin Anda jawab dengan diadakannya riset. Ini bukan merupakan pertanyaan literal yang diajukan kepada partisipan. Pertanyaan ini akan membuat riset Anda menjadi lebih fokus dan terstruktur. Untuk itu, pastikan pertanyaan Anda spesifik dan dapat ditindaklanjuti. Berikut ini adalah contohnya:
  • Seberapa mudah melakukan pemesanan dari awal sampai akhir pada aplikasi?
  • Hal apa sajakah yang bisa ditingkatkan pada setiap halaman?
  • Apakah fitur kustomisasi sudah cukup memenuhi kebutuhan pengguna?

KPI (Key Performance Indicator)

KPI adalah indikator yang menunjukkan performa dari suatu proses. Dengan mendefinisikan KPI, Anda dapat mengetahui apakah desain yang Anda buat dikatakan berhasil atau tidak. Anda bisa membuat KPI ini dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif. Contoh KPI dalam bentuk kuantitatif adalah waktu menyelesaikan tugas. Berikut ini adalah beberapa contoh dari KPI:
  • Waktu menyelesaikan tugas, contohnya adalah lama waktu untuk memesan, mengisi form, atau mencari suatu menu.
  • Navigation versus search, mengetahui berapa banyak pengguna yang menggunakan menu navigasi atau kolom pencarian untuk mencari suatu fitur.
  • Tingkat eror, yakni jumlah kesalahan yang terjadi, seperti salah memilih tombol saat mau checkout.
  • Tingkat drop-off, yakni jumlah pengguna yang menyerah dalam menyelesaikan suatu tugas, hal ini bisa terjadi karena pengguna merasa bosan atau frustasi terhadap produk.
  • Tingkat konversi, yakni jumlah pengguna yang mau melakukan pembelian.
  • Tingkat sukses, yakni jumlah pengguna yang sukses menyelesaikan tugas.
  • SUS (System Usability Scale), merupakan kuesioner yang bertujuan untuk mengukur kebergunaan produk.
  • NPS (Net Promoter Score), mengukur seberapa loyal pengguna dalam menggunakan produk. Pertanyaan yang diajukan adalah “Apakah kamu ingin merekomendasikan produk ini kepada teman Anda?” dengan skala 1 sampai 10.
Dalam melakukan riset, Anda tidak harus menggunakan semua KPI ini, pilihlah sesuai dengan kebutuhan dan tujuan dari riset Anda.

Metodologi

Merupakan cara yang digunakan dalam melakukan riset. Selain itu, metodologi juga merupakan teknik yang dapat Anda gunakan untuk menganalisis data. Memberikan informasi ini akan membantu tim untuk mengetahui detail tentang bagaimana dan di mana riset dilakukan. Selain itu, di sini kita juga mendefinisikan seberapa lama riset dilakukan dan berapa partisipan pada riset ini. Contoh metodologi dalam melakukan riset adalah wawancara, survei, dan usability study. Karena kita sudah memiliki prototype, metodologi yang akan kita gunakan adalah Usability Study. Usability study merupakan metode yang digunakan dengan menguji coba langsung produk kepada pengguna. Dengan cara ini, Anda dapat melihat bagaimana perilaku dan kesan pengguna ketika berinteraksi dengan produk. Dengan begitu, Anda akan mendapatkan feedback yang sangat berguna untuk meningkatkan kualitas desain. Ada dua jenis Usability Study, yaitu:
  1. Moderated Usability Study
    Anda akan secara langsung memandu Usability Study sebagai moderator. Biasanya teknik ini dilakukan dengan interview secara tatap muka maupun melalui virtual. Kelebihan dari teknik ini adalah Anda dapat menanyakan pertanyaan yang lebih spesifik sebagai follow up dari aksi yang dilakukan partisipan. Begitu pun dengan partisipan, mereka juga dapat bertanya jika ada perintah yang kurang jelas. Bertemu secara tatap muka juga akan meningkatkan interaksi, sehingga Anda bisa mendapatkan feedback yang lebih terbuka. Namun, teknik ini juga memiliki kelemahan, yakni bisa menimbulkan bias jika moderator ikut campur untuk memberikan petunjuk kepada partisipan. Selain itu, cara ini juga kurang fleksibel karena kita perlu mengatur jadwal dan membutuhkan waktu yang lebih lama.
  2. Unmoderated Usability Study
    Usability Study yang tanpa panduan moderator. Biasanya teknik ini hanya menggunakan rekaman video atau tool online lainnya. Kelebihan dari teknik ini adalah partisipan akan menggunakan aplikasi secara natural sebagaimana kenyataannya tanpa panduan. Cara ini juga lebih fleksibel karena partisipan bisa menyelesaikan aksi sesuai dengan waktunya masing-masing tanpa ada tekanan.
Pemilihan teknik ini berdasarkan tujuan riset dan jenis partisipan yang akan Anda hadapi.

Partisipan

Tentukan siapa partisipan dalam riset Anda yang kira-kira akan menggunakan aplikasi Anda ke depannya. Anda bisa mendefinisikan karakteristik partisipan untuk membuat target yang spesifik. Sebagai contohnya adalah pecinta kopi dengan umur 18-40 tahun. Anda dapat mencari partisipan tersebut pada komunitas yang sesuai dengan tema aplikasi, teman di sosial media, ataupun rekan di sekolah/kantor. Anda juga dapat memilih pengguna yang dilakukan pada survei sebelumnya untuk melanjutkan riset.

Skrip

Merupakan naskah detail tentang apa yang akan dilakukan partisipan dan pertanyaan apa saja yang akan diajukan kepada mereka. Perlu diingat bahwa riset bukan sekedar berbincang-bincang tanpa ada tujuan. Namun, Anda harus memberikan pertanyaan yang diajukan sesuai dengan tujuan dari riset, karena itulah kita perlu membuat skrip. Dengan adanya skrip, Anda juga dapat mengurangi potensi lupa pada saat bertanya. Berikut adalah beberapa tips dalam membuat skrip:
  • Gunakan pertanyaan yang sama pada setiap partisipan.
  • Gunakan pertanyaan terbuka, bukan hanya pertanyaan dengan jawaban ya dan tidak.
  • Arahkan partisipan untuk menjawab dengan panjang.
  • Tanyakan pertanyaan yang sama dengan cara yang berbeda untuk melihat konsistensi partisipan.
  • Beri tahu bahwa ini bukan tes, jadi tidak ada jawaban benar dan salah.
  • Berikan tugas yang jelas dan spesifik sesuai dengan tujuan riset.
  • Jangan beri petunjuk tentang bagaimana menyelesaikan tugas.
  • Ucapkan terima kasih kepada partisipan atas waktunya, berikan insentif jika bisa.